Senin, 09 Desember 2013

Bahasa Gaul, slang, dan Prokem



Bahasa Gaul, slang, dan Prokem
1. Bahasa Gaul
            Di dalam suatu masyarakat terdapat dua klasifikasi situasi pemakaian bahasa:
a.   Situasi resmi atau formal, pada situasi ini seseorang dituntut untuk menggunakan bahasa baku, yang disebabkan oleh situasi resmi, misalnya: pada acara seminar, pidato kenegaraan bagi kepala Negara, dalam acara rapat, dan lain sebagainya.
b.  Situasi tidak resmi atau informal, pemakaian bahasa tidak resmi di pengaruhi oleh situasi tidak resmi. Kuantitas pemakaian bahasa ini banyak tergantung pada tingkat keakraban pelaku yang terlibat dalam komunikasi, pada bahasa tidak resmi bahasa baku di kesampingkan dan tidak lagi memperhatikan kaidah-kaidah bahasa akan tetapi yang diprioritaskan adalah antara pemakai bahasa dan yang lawan bicaranya bisa saling mengerti. Situasi pemakaian bahasa ini digunakan misalnya, pada komunikasi remaja di sebuah mal, interaksi penjual dan pembeli, dan lain-lain. Dari ragam tidak resmi tersebut, selanjutnya memunculkan istilah yang disebut dengan istilah bahasa gaul.
Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Oleh sebab itu, bahasa gaul dapat disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Bahasa Indonesia
Bahasa Gaul (informal)
Aku, Saya
Gue
Kamu
Elo
Di masa depan
kapan-kapan
Apakah benar?
Emangnya bener?
Tidak
Gak
Tidak Peduli
Emang gue pikirin!
Sejarah Bahasa Gaul
Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu digunakan untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena intensitas pemakaian tinggi, maka istilah-istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan halaman Wilimedia Ensiklopedi Indonesia (2006), yang menyatakan bahwa bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an.
Dalam sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah sebelum penggunaannya populer seperti sekarang ini. Sebagai bahan teori, berikut adalah sejarah kata bahasa gaul tersebut:
1). Nih Yee…
               Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985. pertama kali yang mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular hingga saat ini.
2) Memble dan Kece
               Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul Memble tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh  Dorce Gamalama.
3) Booo….
               Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata Boo…adalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempopulerkan kata ini.
4) Nek…
               Setelah kata Boo… popular, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek... yang dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek… pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut  sering mengucapkan kata  Nek…
5) Jayus
               Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat popular. Kata ini dapat berarti sebagai ‘lawakan yang tidak lucu’, atau ‘tingkah laku yang disengaca untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan’. Kelompok yang pertama kali mengucapkan kata ini adalah kelompok anak SMU yang bergaul di kitaran Kemang.
               Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh teman-temannya Jayus. Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari perhatian, tetapi justru menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu temannya bernama Sonny Hassan atau  Oni Acan sering memberi komentar jayus kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti teman-temannya di daerah Sajam, Kemang lalu kemudian merambat populer di lingkungan anak-anak SMU sekitar.


6. Jaim
               Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image gitu.
7. Gitu Loh…(GL)
               Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran. Gina mempunyai seorang  kakak bernama Ronny Baskara seorang pekerja event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke rumah Ronny. Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya, lantas Gina ngejawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Loh…di tiap akhir pembicaraan.



Contoh Bahasa Gaul
1. ALAY :
      Singkatan dari Anak Layangan, yaitu orang-orang kampung yang bergaya norak. Alay sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak dan narsis.

2. KOOL :
     Sekilas cara membacanya sama dengan “cool” (keren), padahal kata ini merupakan singkatan dari KOalitas Orang Lowclass, yang artinya mirip dengan Alay.

3. LEBAY :
       Merupakan hiperbol dan singkatan dari kata “berlebihan”. Kata ini populer di tahun 2006an. Kalo tidak salah Ruben Onsu atau Olga yang mempopulerkan kata ini di berbagai kesempatan di acara-acara di televisi yg mereka bawakan, dan biasanya digunakan untuk “mencela” orang yang berpenampilan norak.

4. JAYUS :
        Saya tadinya mengira kata ini merupakan singkatan, namun setelah saya telusuri, ternyata bukan. Arti sebenarnya adalah lawakan atau tingkah laku yang maunya melucu tapi tidak lucu.
        Istilah Jayus populer di tahun 90an dan masih sesekali digunakan di masa kini. Dari cerita mulut ke mulut, konon ada seorang anak di daerah Kemang bernama Herman Setiabudhi yang kerap dipanggil Jayus oleh teman2nya. Jayus sendiri adalah nama ayah dari Herman (lengkapnya Jayus Kelana) yang seorang elukis di kawasan Blok M. Herman alias Jayus terkenal sebagai anak yang sering melawak tapi lawakannya kerap kali tidak lucu.

5. GARING :
        Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti “tidak lucu”. Awalnya kata-kata ini hanya digunakan di Jawa Barat saja. Namun karena banyaknya mahasiswa luar pulau yang kuliah di Jawa Barat (Bandung) lalu kembali ke kota kelahiran mereka, kata ini kemudian dipakai mereka dalam beberapa kesempatan. Karena seringnya digunakan dalam pembicaraan, akhirnya kata ini pun menjadi populer di beberapa kota besar di luar Jawa Barat.

6. BONYOK :
        Kata ini merupakan singkatan dari Bokap-Nyokap (orang tua). Tidak jelas siapa yang mempopulerkan kata ini, tapi kata ini mulai sering digunakan diperiode awal 2000an, ketika bahasa sms mulai populer di kalangan remaja.
Bokap (Ayah) dan Nyokap (Ibu) sendiri merupakan istilah yang telah populer sejak tahun 80an dan masih digunakan hingga hari ini.

7. LOL :
        Kata ini belakangan ini sering dipakai, terutama dalam komunikasi chatting, baik di YM, FB, Twitter, atau pun komunitas yang lain. Kata itu merupakan singkatan dari Laugh Out Loud yang berarti “Tertawa Terbahak-bahak”.

8. GUE :
        Adalah bahasa “resmi” yang kini banyak digunakan oleh kebanyakan orang (terutama orang dari Suku Betawi) untuk menyebut “Saya / Aku”. Kata ini merupakan bahasa Betawi yang telah digunakan secara luas, jauh sebelum bahasa prokem dikenal orang.

9. LO / LU :
        Sama seperti “Gue” kata ini pun sudah digunakan digunakan oleh Suku Betawi sejak bertahun-tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut “Anda / Kamu”

Bahasa sehari – hari berikut ini juga termasuk bahasa gaul, namun sudah sering dipakai dalam keseharian masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat terkadang kurang sadar bahwa bahasa berikut termasuk bahasa gaul / prokem:
         Penyengauan kata kerja aktif, pemendekan atau pengguguran awalan dan membubuhkan -in' di akhir kata :
1. memikirkan (pikir)mikirin
2. menanyakan - nanyain (pengguguran "me-")
Membubuh -in di akhir kata kerja transitif pasif :
1. diajari - diajarin
2. dipukuli – dipukulin
Membubuh ke- di awal kata kerja tidak transitif, menggantikan ter- :
1. tertangkap - ketangkep
2. terpeleset (tergelincir) - kepeleset
Menggugurkan satu atau beberapa huruf dari kata :
1. habis - abis
2. tahu - tau
Menyingkatkan dua atau lebih perkataan menjadi satu :
1. terima kasih - makasih
2. jaga image (jaga maruah diri) – jaim
Menggantikan a dengan e dalam setengah kata (pengaruh Jawa) :
1. benar - bener
2. pintar - pinter
3. malas - males
Menyingkatkan diftong menjadi huruf eka-suku :
1. kalau - kalo
2. pakai - paké
Pembubuhan / pengguguran konsonan bisu dan hentian glotis pada awal atau akhir kata:
1. pakai - paké atau pakék
2. enggak - nggak, ngga, gak, ga, kaga, ogah, wegah
Menyingkat menjadi tiga huruf pertama sampil menyisip -ok- selepas huruf pertama (berakhir dengan konsonan terdekat jika huruf ketiga adalah vokal) :
1. bapak - bokap
2. jual - jokul
3. bérak - Bokér
Setengah perkataan dipinjam dan disesuaikan begitu saja dari bahasa Inggris kebahasa Indonesia, contoh :
1. sorry - sori
2. friend - prén
3. swear - suer
4. brother - bruer atau bro
5. sister - suez atau sis

2. Bahasa Slang
Slang adalah ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman dipakai oleh kelompok sosial tertentu untuk konsumsi intern, dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti
Slang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alam diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu slang juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim diapakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya. Dan slang di ciptakan oleh perubahan bentuk pesan linguistik tanpa mengubah isinya untuk maksud penyembunyian atau kejenakaan. Jadi, slang bukanlah bahasa yang selayaknya di gunakan melainkan hanya transformasi parsial sebagian dari suatu bahasa menurut pola-pola tertentu.
Contoh bahasa slang banyak ditemukan di kepulauan Indonesia meskipun perkembangan sejarah slang ini boleh dikatakan tidak diketahui, yang jelas di Indonesia, seperti dihampir setiap Negara di dunia, kelompok masyarakat telah menciptakan dan mengembangkan pola kebahasaan mereka sendiri yang berbeda. Gejala ini mencakup bahasa permainan di antara anak-anak sekolah dan di berbagai lingkungan serta kalangan, bahasa ini mungkin memiliki fungsi yang agak kocak atau rahasia, tetapi semua cenderung mengasingkan kelompok dan membedakannya dari masyarakat yang lebih luas. (misalnya: kata bahasa Indonesia “mobil” dapat di ubah wujudnya menjadi bo’il, bolim, demobs, atau kosmob) atau artinya (misalnya: kuda, kebo, bebek, gerobak, dokar, dan akuarium. Semua berarti “mobil”).
Sejarah Bahasa Slang
Pada mulanya pembentukan bahasa slang, di dunia ini adalah berawal dari sebuah komunitas atau kelompok sosial tertentu yang berada di kelas atau golongan bawah. Lambat laun oleh masyarakat akhirnya bahasa tersebut digunakan untuk komunikasi sehari-hari.
3. Bahasa Prokem
Seandainya pertanyaan ini kita kemukakan kepada warga masyarakat yang tidak memahami bahasa prokem ini sama sekali, sebagian besar akan menjawab bahwa bahasa prokem itu adalah bahasa yang hanya dipakai para pemuda, remaja yang digunakan seenak dan tidak dapat dipahami masyarakat umum. Bila pertanyaan ini kita kemukakan kepada para remaja dan orang muda lainnya yang paham akan bahasa prokem ini, jawaban yang akan diperoleh ternyata bervariasi.
Ada yang mengatakan bahwa bahasa prokem adalah bahasa yang digunakan untuk mencari dan menunjukkan identitas diri; bahasa  yang dapat merahasiakan pembicaraan mereka dari kelompok yang lain. Ada pula yang menyatakan bahasa prokem itu adalah bahasa yang diolah kembali agar pembicaraaan mereka ini tidak dipahami orang tua ataupun guru-guru yang sering melarang mereka sebelum sempat melakukan sesuatu. Bahasa prokem ini sejenis ragam bahasa khas yang boleh disebut sebagai jenis bahasa rahasia yang hanya digunakan kelompok tertentu saja untuk berkomunikasi dengan warga masyarakat yang bukan anggota kelompok mereka.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya. Tumbuhkembang bahasa seperti itu selanjutnya disebut sebagai perilaku bahasa dan bersifat universal. Artinya bahasa-bahasa seperti itu akan ada pada kurun waktu tertentu (temporal) dan di dunia manapun sifatnya akan sama (universal).
Prokem menjadi mode kaum muda ibukota, Jakarta. Kerumitannya menarik dari sudut pandang ilmu bahasa. Tanda keinginan kaum muda untuk menegaskan dirinya sebagai kelompok masyarakat mandiri, berbeda dengan angkatan orang tuanya. Dan bagaimanapun dekat dengan dunia gelap pengedar NAZA (narkotik dan zat-zat adiktif) dan penjahat. Ini merupakan gejala sosial yang sangat menarik.

Sejarah Bahasa Prokem
Tidak ada orang yang dapat menjelaskan secara tepat bagaimana wujud bahasa  prokem pada waktu timbul pertama. Namun mengingat bahwa nama bahasa ini disebut “bahasa prokem”, penulis mengambil kesimpulan bahwa bentuk olahan awal bahasa ini adalah penyisipan-ok-, antara lain seperti yang terlihat pada nama bahasa itu : ‘prokeman’, lalu mengalami gejala apokot dengan lenyapnya bunyi akhir menjadi prokem. Kalau kita perhatikan kosakata bahasa prokem sampai pertengahan dekade 1980, tampak bahwa sebagian kata-katanya diolah dengan memberi sisipan –ok-. Apakah cara ini saja yang digunakan pada saat awal timbulnya, tidaklah dapat dipastikan. Namun dari data tertulis dapat disimpulkan bahwa kosakata yang diolah dengan cara ini merupakan salah satu rumus yang memegang peranan yang sangat penting, melihat besarnya kosakata seperti ini disekitar 30 %. Di samping penyisipan –ok-, kosakata bahasa prokem pun banyak mengalami gejala metatesis (pembalikan urutan penulisan huruf). Gejala ini sudah dikenal lama sekali ia sudah tampak sekitar 30 tahun yang lalu. Namun yang patut dicatat adalah bahwa pembalikan unsur-unsur kata yang diolah itupun mempunyai beberapa bentuk yang berbeda. Beberapa perbedaan di antaranya masih dapat kita lihat dari kosakata yang tampak dari sejumlah data yang tertulis, seperti dalam kibin’bikin’,depek’pendek’, maya’ayam’, dan baak’asbak. 
 

Contoh Bahasa Alay & Bahasa Banci Salon
Bahasa Alay, atau yang biasa disebut sebagai bahasa “anak layangan“, merupakan bahasa anak muda masa kini. Sebenarnya penggunaan kata anak muda dirasa kurang pas, karena penggunaan bahasa alay ini marak dipopulerkan oleh anak-anak ABG (anak baru gede) seumuran SMP, maupun SMU.
Contoh:
* Gue : W, Wa, Q, Qu, G
* Aku : Akyu, Akuwh, Akku, q.
* Lo/kamu : U
* Rumah : Humz, Hozz
* Aja : Ja, Ajj (Ajj bacanya apa ya?)
* Yang : Iank/Iang, Eank/Eang (ada juga yang iiank/iiang)
* Tuh : Tuwh, Tuch
* Deh : Dech, Deyh
* Sempat : S4
* Lucu : Luthu, Uchul, Luchuw
* Khusus : Khuzuz
* Kalian : Klianz
* Belum : Lom, Lum
* Cape : Cppe, Cpeg
* Kan : Khan, Kant, Kanz
* Manis : Maniezt, Manies
* Cakep : Ckepp
* Keren : Krenz, Krent
* Dulu : Duluw (Dulux aja biar bisa ngecat rumah)
* Chat : C8
* Tempat : T4
* Add : Et, Ett (biasanya minta di add friendsternya)
* Banget : Bangedh, Beud, Beut (sekalian aja baut sama obeng)
* Telepon : Tilp
* Ini : Iniyh, Nc
* Boleh : Leh
* Baru : Ru
* Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz
* Kok : KoQ, KuQ, Kog, Kug
* Nih : Niyh, Niech, Nieyh
* Ketawa : wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo
* Nggak : Gga, Gax, Gag, Gz
* Hai : Ui (Apa Ui? Universitas Indonesia?)
* SMS : ZMZ, XMX, MZ (oh god…)
* Mengeluh : Hufft
* Kurang : Krang, Krank (Crank?)
* Tau : Taw, Tawh, Tw
* Maaf : Mu’uv, Muupz, Muuv
* Sorry : Cowwyy, Sowry
* Siapa : Sppa, Cppa, Cpa, Spa

Kata BENCONG itu dibentuk dari kata BANCI yang disisipi bunyi dan ditambah akhiran ONG. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan huruf E. Huruf vokal pada suku kata kedua diganti dengan ONG.
Misalnya:
Makan - mekong
Sakit - sekong
Laki - lekong
Lesbi - lesbong
Mana - menong
Ada juga waria/bences yang kemudian ngeganti tambahan ONG dengan ES sehingga bentuk katanya menjadi:
Banci - bences
Laki - lekes
Dan ini masih lanjutan contoh untuk bahasa Banci..:
Akika = Aku
Begindang = Begitu
Belalang = Beli
Belenjong = Belanja
Beranak Dalam Kubur = Berak
Cacamarica = Cari
Cucok = Cocok
Cumi = Cium
Capcus = Pergi
Diana = Dia
Endaaaaaaaaaang = Enak
Eike = Aku
Ember = Emang
Gilingan = G1la
Hamidah = Hamil
Hima Layang = Hilang
Jali-Jali = Jalan-Jalan
Jayus = joke-garing
Jijay Markijay = Jijik
Kanua = Kamu
Kawilarang = Kawin
Kesindaaaang = Kesini
Kemindang = Kemana
Kencana = Kencing
Kepelong = Kepala

 
http://niethazakia.blogspot.com/2013/03/ragam-bahasa-kajian-tentang-bahasa-gaul.html
http://rahmanrosemary13.blogspot.com/2010/09/bahasa-alay-vs-bahasa-banci-salon.html











1 komentar: